BASIC GIS
BASIC GIS
Menggapa
GIS?
GIS digunakan secara luas karena memberikan keuntungan dan
nilai tambah jika dibandingkan dengan menggunakan system pemetaan manual.
Adapun keuntungan menggunakan GIS Antara lain:
1. Efesiensi biaya
Menggunakan GIS memang membutuhkan investasi di awalnya.
Tapi ketika system sudah berjalan dan kemudian digunakan secara konsisten, maka
akan lebih efesien dibandingkan dengan menggunakan system manual. Penggunaan
GIS dalam beberapa aplikasi akan mengurangi biaya secara signifikan, misalnya
menggunakan GIS untuk pemetaan kawasan hutan akan jauh lebih murah jika
dilakukan dengan survey lapang detail ke masing-masing lokasi.
2. Pengambil keputusan yang lebih baik
Beberapa pengambilan keputusan seperti alokasi kesesuaian
lahan, perencanaan tata ruang dilakukan dengan GIS akan memberikan keputusan
yang lebih baik. Di Indonesia banyak kegiatan berbasis informasi geografis
tidak dilakukan dengan menggunakan GIS, akibatnya adalah keputusan yang diambil
kemudian salah, misalnya penentuan alokasi ruang kawasan budidaya dilakukan
tanpa menggunakan GIS, ijin pengelolaan kawasan pemukiman diberikan pada
kawasan yang merupakan kawasan pertanian yang bagus. Akibatnya adalah
produktifitas pertanian menurun dan secara ekonomi jangka panjang akan sangat merugikan.
3. Mempermudah untuk dikomunikasikan
Dengan GIS dan perkembangan internet, maka informasi spatial
yang dihasilkan dari analisis GIS dapat dengan mudah di share melalui internet.
Lebih baik dalam menyimpan informasi geografis GIS merupakan system informasi berbasis
data digital, karena itu data-data spatial seperti peta lebih mudah disimpan
dalam format digital dibandingkan dengan format manual yang membutuhkan ruang
yang besar serta membutuhkan maintenance yang lebih sulit.
4. Lebih mudah dikelola
Data spatial dalam GIS sangat mudah untuk dikelola, dengan
menerapkan pengelolaan data yang baik, dengan menggunakan metadata, dengan
menggunakan system pencarian yang baik, maka data spatial dalam GIS dengan
mudah dikelola, dipanggil kembali,diperbaharui dan ditampilkan kembali.
Data dalam SIG terdiri atas dua komponen yaitu data spasial
yang berhubungan dengan geometri bentuk keruangan dan data attribute yang
memberikan informasi tentang bentuk keruangannya (Chang, 2002).
Komponen dalam GIS
1. Data Spasial
Data spasial
adalah data yang bereferensi geografis atas representasi obyek di bumi. Data
spasial pada umumnya berdasarkan peta yang berisikan interprestasi dan proyeksi
seluruh fenomena yang berada di bumi. Fenomena tersebut berupa fenomena alamiah
dan buatan manusia. Pada awalnya, semua data dan informasi yang ada di peta
merupakan representasi dari obyek di muka bumi.
Sesuai dengan perkembangan, peta tidak hanya merepresentasikan obyek-obyek yang ada di muka bumi, tetapi berkembang menjadi representasi obyek diatas muka bumi (diudara) dan dibawah permukaan bumi. Data spasial memiliki dua jenis tipe yaitu vektor dan raster. Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik-titik, garis-garis atau kurva, atau poligon beserta atribut-atributnya. Model data Raster menampilkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel – piksel yang membentuk grid. Pemanfaatan kedua model data spasial ini menyesuaikan dengan peruntukan dan kebutuhannya.
Sesuai dengan perkembangan, peta tidak hanya merepresentasikan obyek-obyek yang ada di muka bumi, tetapi berkembang menjadi representasi obyek diatas muka bumi (diudara) dan dibawah permukaan bumi. Data spasial memiliki dua jenis tipe yaitu vektor dan raster. Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik-titik, garis-garis atau kurva, atau poligon beserta atribut-atributnya. Model data Raster menampilkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel – piksel yang membentuk grid. Pemanfaatan kedua model data spasial ini menyesuaikan dengan peruntukan dan kebutuhannya.
2. Data Vektor
Model data
vektor adalah yang dapat menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial
dengan menggunakan titik-titik, garis atau kirva dan polygon beserta
atribut-atributnya (Prahasta, 2001). Bentuk-bentuk dasar representasi data
spasial ini, di dalam sistem model data vektor, didefinisikan oleh sistem
koordinat kartesian dua dimensi (x, y).
Di dalam model data spasial vektor, garis-garis atau kurva (busur atau arcs) merupakan sekumpulan titik-titik terurut yang dihubungkan (Prahasta, 2001). Poligon akan terbentuk penuh jika titik awal dan titik akhir poligon memiliki nilai koordinat yang sama dengan titik awal. Sedangkan bentuk poligon disimpan sebagai suatu kumpulan list yang saling terkait secara dinamis dengan menggunakan pointer/titik.
Di dalam model data spasial vektor, garis-garis atau kurva (busur atau arcs) merupakan sekumpulan titik-titik terurut yang dihubungkan (Prahasta, 2001). Poligon akan terbentuk penuh jika titik awal dan titik akhir poligon memiliki nilai koordinat yang sama dengan titik awal. Sedangkan bentuk poligon disimpan sebagai suatu kumpulan list yang saling terkait secara dinamis dengan menggunakan pointer/titik.
3. Data Raster
Obyek di
permukaan bumi disajikan sebagai elemen matriks atau sel-sel grid yang homogen.
Model data Raster menampilkan, menempatkan dan menyimpan dataspasial dengan
menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid (Prahasta,
2001). Tingkat ketelitian model data raster sangat bergantung pada resolusi
atau ukuran pikselnya terhadap obyek di permukaan bumi. Entity spasial raster
disimpan di dalam layers yang secara fungsionalitas di relasikan dengan unsur –
unsur petanya (Prahasta, 2001).
Satuan
elemen data raster biasa disebut dengan pixel, elemen tersebut merupakan
ekstrasi dari suatu citra yang disimpan sebagai digital number (DN) (De Bay,
2000). Meninjau struktur model data raster identik dengan bentuk matriks. Pada
model data raster, matriks atau array diurutkan menurut koordinat kolom (x) dan
barisnya (y) (Prahasta, 2001).
Proyeksi Peta dan Sistem Koordinat
Proyeksi peta merupakan hal yang
penting untuk dipelajari sebagai dasar untuk memahami bagaimana peta ditampilkan
dari kondisi permukaan bumi yang melengkung seperti bola kedalam bentuk datar.
Terdapat ratusan system proyeksi peta yang berbeda.
Proses mentransfer informasi dari bumi ke peta menyebabkan setiap proyeksi
untuk mengalami distorsi setidaknya satu aspek dari dunia nyata – baik bentuk,
area, jarak , atau arah.
Setiap proyeksi peta memiliki kelebihan dan kekurangan
, proyeksi yang tepat untuk peta tergantung pada skala peta, dan pada tujuan
yang akan digunakan. Misalnya, ada system proyeksi mungkin memiliki distorsi
atau penyimpangan yang besar jika digunakan untuk memetakan seluruh negeri,
tetapi mungkin pilihan yang sangat baik untuk skala besar (rinci) misalnya
untuk peta dari provinsi atau kabupaten. Sifat dari suatu proyeksi peta juga
dapat mempengaruhi beberapa fitur desain peta. Beberapa proyeksi yang baik
untuk daerah-daerah kecil, ada yang baik untuk daerah pemetaan yang membentang
dari timur ke barat, dan beberapa lebih baik untuk daerah pemetaan dengan areal
yang membentang dari utara ke selatan. Beberapa proyeksi memiliki sifat
khusus, misalnya, proyeksi Mercator memiliki garis garis bantu lurus dan karena
itu sangat baik untuk navigasi karena dengan garis bantu ini program kompas
lebih mudah untuk menentukan arah.
Terdapat 4 kategori system proyeksi menurut (PeterH.
Dana-Colorado University)yang terdiri atas[2]:
1.
Silindris
2.
Conic/Kerucut
3.
Azimuthal
4.
Sistem lain seperti system yang tanpan
diproyeksikan , juga system yang menggabungkan beberapa metode.
Klasifikasi
Proyeksi dibedakan berdasarkan karakteristik distorsi
·
Proyeksi yang mempertahankan ukuran relatif
akurat disebut wilayah yang sama , atau proyeksi setara. Proyeksi ini digunakan
untuk peta yang menunjukkan peta distribusi atau fenomena yang menekankan pada
akurasi peta. Contohnya adalah dan proyeksi proyeksi Albers Equal-Area Conic.
·
Proyeksi yang mempertahankan jarak yang akurat
dari pusat proyeksi atau sepanjang diberikan garis disebut equidistant
projection atau proyeksi berjarak sama. Proyeksi ini digunakan untuk radio dan
pemetaan seismik dan untuk navigasi. Contohnya adalah proyeksi
Repetitively Conic dan proyeksi persegi panjang. Contoh Proyeksi Azimut
Repetitively adalah proyeksi yang digunakan pada peta yang dijadikan sebagai
lambang PBB .
·
Proyeksi yang mempertahankan arah yang akurat (
dan karena itu hubungan angular ) dari titik pusat diberikan disebut azimut
atau proyeksi zenithal. Proyeksi ini digunakan untuk grafik aeronautika dan peta
lain di mana hubungan directional penting . Contohnya adalah proyeksi gnomonic
dan proyeksi Lambert Azimut Equal – area .
·
Proyeksi peta dapat menggabungkan beberapa
karakteristik ini , atau mungkin suatu kompromi yang mendistorsi semua
sifat-sifat bentuk , area, jarak , dan arah, dalam beberapa batas yang dapat
diterima . Contoh proyeksi kompromi adalah proyeksi Winkel Tripel dan proyeksi
Robinson , sering digunakan untuk menggambarkan peta dunia .
·
Proyeksi Peta juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan bentuk permukaan yang dapat dikembangkan yang permukaan bumi
diproyeksikan . Sebuah permukaan yang dapat dikembangkan adalah bentuk
geometris sederhana yang mampu diratakan tanpa peregangan , seperti silinder,
kerucut, atau plane. Cylindrical proyeksi menunjukkan singgung di baris yang
dipilih dan garis potong sepanjang dua baris .
1. Proyeksi Silinder
Misalnya, proyeksi silinder proyek informasi dari bola
bumi ke silinder . Silinder dapat berupa bersinggungan dengan bumi sepanjang
garis yang dipilih , atau mungkin sekan ( berpotongan Bumi ) sepanjang dua
baris . Bayangkan bahwa setelah permukaan bumi diproyeksikan , silinder
membukanya untuk membentuk permukaan datar. Garis-garis di mana silinder
bersinggungan atau secant adalah tempat dengan distorsi minimal.
Proyeksi mercator melintang dan miring pada silinder
dan peta. Proyeksi Mercator dibuat menggunakan silinder singgung di wilayah
khatulistiwa. Sebuah proyeksi Transverse Mercator dibuat menggunakan silinder
yang bersinggungan dengan meridian yang dipilih. Sebuah proyeksi Oblique
Mercator dibuat menggunakan silinder yang bersinggungan sepanjang lingkaran
besar selain khatulistiwa atau meridian .
2.
Proyeksi
Polyconic
Proyeksi Polyconic adalah proyeksi kerucut proyek
informasi dari Bumi bulat ke kerucut yang baik bersinggungan dengan Bumi pada
paralel tunggal, atau yang ada garis potong di dua paralel standar. Setelah
proyeksi selesai , kerucut membukanya untuk membentuk permukaan datar.
Garis-garis di mana kerucut bersinggungan atau secant adalah tempat dengan
distorsi minimal. Proyeksi polyconic menggunakan serangkaian kerucut untuk
mengurangi distorsi.
3.
Proyeksi
Planar
Proyeksi mengubah bidang ke bentuk bidang datar. Bidang
datar ini dapat berupa garis bersinggungan atau garis potong.
Koordinat Peta
Sistem koordinat memungkinkan peta
atau data spatial menggunakan lokasi yang sama untuk proses integrasi dengan
data spatial lainnya. Sebuah sistem koordinat adalah sistem referensi yang
digunakan untuk mewakili lokasi peta atau fitur geografis, citra, dan hasil
observasi seperti lokasi GPS dalam kerangka geografis yang sama.
Setiap sistem koordinat didefinisikan oleh:
1.
Kerangka pengukurannya, baik itu geografis
(di mana koordinat bumi diukur dari pusat bumi) atau planimetris (dimana
koordinat bumi diproyeksikan ke permukaan datar dua dimensi).
2.
Satuan ukuran (biasanya meter atau feet untuk data yang sudah diproyeksikan atau jika
dengan sistem koordinat menggunakan derajat desimal untuk lintang-bujur).
3.
Definisi proyeksi peta untuk data dengan
system koordinat yang sudah diproyeksikan.
4.
Sifat sistem pengukuran lain seperti
spheroid referensi, datum, dan parameter proyeksi seperti satu atau lebih
paralel standar, pusat meridian, dan kemungkinan pergeseran arah x dan y.
Ada dua jenis umum sistem koordinat yang digunakan
dalam GIS :
1.
Sistem koordinat global menggunakan
lintang – bujur. Ini sering disebut sebagai sistem koordinat geografis.
2.
Sistem Koordinat Proyeksi yang didasarkan
pada jenis proyeksi peta yang digunakan seperti Mercator, Albers Equal Area,
atau Robinson, dll. Sistem ini memproyeksikan gambaran permukaan bumi ke
koordinat dua dimensi koordinat Cartesian. Sistem Koordinat proyeksi
kadang-kadang disebut sebagai proyeksi peta.
Sistem koordinat (baik geografis atau diproyeksikan)
menyediakan kerangka kerja untuk mendefinisikan lokasi dunia nyata. Di ArcGIS ,
sistem koordinat yang digunakan sebagai metode untuk secara otomatis
mengintegrasikan lokasi geografis dari dataset yang berbeda ke dalam koordinat
kerangka umum untuk tampilan dan analisis . ArcGIS secara otomatis
mengintegrasikan dataset yang sistem koordinat dikenal. JIka data-data yang
digunakan diasumsikan telah menggunakan system koordinat yang terdefinisi
dengan baik maka ArcGIS otomatis dapat mengintegrasikan dataset dengan data set
lain dengan memproyeksikan data tersebut secara cepat dan otomatis ke dalam
kerangka kerja yang sesuai untuk pemetaan, visualisasi 3D , analisis, dan
sebagainya. Jika dataset tidak memiliki referensi spasial , mereka tidak dapat
dengan mudah diintegrasikan.
Gresik, 13 Oktober 2019
Zar'ah Nurkhofifah
Komentar
Posting Komentar